Sabtu, 20 Mei 2023

5 Cara Awasi Pergaulan Anak

   Tidak ada komentar     
categories: 

Penting buat pahami ilmu parenting dan pegaulan anak

Cara awasi pergaulan anak mampu dilaksanakan orang wangi tanah lewat banyak sekali tata cara. Pergaulan anak mesti diawasi biar tidak salah jalan. Berbagai simpulan bisa terjadi bila anak salah jalan dalam pergaulan. Pada risikonya akan membuat repot orang bacin tanah dikemudian hari.

Sebagai orang tua yang mendapatkan amanah untuk menjaga dan mengawasi kedua keponakan, Saya
bersungguh-sungguh mempelajari ilmu parenting perihal pengasuhan anak. Secara tidak langsung Saya berperan selaku orang renta pengganti untuk kedua keponakan saya tersebut. 

Adapun kedua orang bau tanah kandung dari keponakan tersebut kebetulan sedang melakukan pekerjaan di mancanegara. Karena situasi yang belum memungkinkan maka kedua anak mereka dititipkan terhadap Saya.

Kedua Keponakan Saya masih duduk dibangku sekolah dasar. Kakaknya berusia 11 tahun dan sang adik berusia 7 tahun. Kedua keponakan aku
berjenis kelamin pria. Bisa dibayangkan bagaimana kedua keponakan Saya sungguh aktif melakukan berbagai acara. 

Masalahnya pergaulan anak-anak di luar rumah tidak mampu dipantau setiap saat. Khususnya jika belum remaja sedang mencar ilmu di sekolah atau sedang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler aksesori di luar rumah.

Kedua keponakan Saya mempunyai waktu berkegiatan di luar rumah mulai dari jam 07.00 hingga jam 16.00. Setelah waktu sekolah selesai mereka mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler mirip olah raga taekwondo, belajar musik, sampai mencar ilmu mengaji. 

Mendampingi anak usia sekolah tentu saja diliputi rasa was-was. Untuk itu Saya secara berkala mempelajari teori parenting wacana acuan pengasuhan anak.

Untuk memantau pergaulan anak maka Saya menerapkan kiat dari teori parenting yang diadaptasi dengan kondisi kedua keponakan. Berikut pengalaman menerapkan teori parenting untuk mengawasi pergaulan anak.

1. Menjadi pendengar yang anggun


Seperti insan arif balig cukup akal, anak juga memiliki ganjalan dalam hidupnya. Keluhan tersebut biasanya tidak jauh dari sikap orang lain yang menciptakan anak tidak tenteram. 

Tempat seorang anak berkeluh kesah adalah orang remaja terdekatnya. Sebagai tante dari kedua keponakan maka Saya berupaya menjadi sahabat diskusi dan pendengar yang bagus. 

Sambil melakukan makan malam biasanya Saya menanyakan program selama di sekolah. Kedua keponakan Saya senantiasa antusias menceritakan kegiatan di
sekolah dan kawasan ekstrakurikuler. 

Saat mereka bercerita Saya menyimak dengan sarat perhatian. Biasanya final mereka bercerita, Saya akan menunjukkan tanggapan.

Kebiasaan orang terpelajar balig cukup nalar menjadi pendengar yang bagus mampu membuat korelasi yang harmonis dengan anak. Pada tahapan berikutnya anak menjadi lebih terbuka terhadap segala permasalahannya sehingga orang bau tanah mampu mengetahui keadaan psikis dan fisik anak yang bergotong-royong. 

2. Konsisten dengan peraturan yang
dibentuk

Setiap keluarga umumnya memiliki peraturan bareng yang disepakati. Sebagai tante dari kedua keponakan, Saya menerapkan peraturan bareng ialah ketika sedang makan malam di meja makan, tidak boleh menjinjing handphone. 

Peraturan ini juga berlaku untuk Saya pribadi dan anggota keluarga lainnya. Alasan yang ada pada peraturan ini supaya terdapat kekerabatan yang akrab sesama anggota keluarga. Pada waktu makan malam mampu dijadikan ajang diskusi serta mencari solusi bareng jikalau ada
masalah. 

3. Mengenal sahabat sepermainan anak

Seperti bawah umur pada umumnya, kedua keponakan memiliki teman-sahabat sepermainan. Sebagai tantenya, Saya berupaya mengenal sobat sepermainan kedua keponakan. 

Tujuannya semoga jikalau ada kegiatan di luar rumah dan keponakan tidak bisa dihubungi maka Saya bisa mencari gosip kepada sobat-sahabat terdekat keponakan. Selain mengenal sobat dekat keponakan, Saya juga berusaha mengetahui nomor kontak, nama orang renta, dan
tempat tinggal sobat-sobat keponakan. 

Jika sobat-teman keponakan main ke rumah maka Saya biasanya akan menjamu mereka dengan makanan ringan ringan sembari beramah-tamah. Hal ini Saya lakukan supaya lebih mengenal huruf dari sahabat-sahabat sepermainan keponakan.

4. Tidak gampang menyalahkan anak

Seperti orang akil balig cukup akal pada umumnya, kedua keponakan yang masih belum akil balig cukup akal juga memiliki ego perihal diri sendiri. Anak cenderung tidak mau disalahkan terhadap kegagalan yang mereka
lakukan. 

Misalnya anak tidak sukses melakukan ujian sehingga berakibat menerima nilai kurang baik. Pada kejadian mirip ini sebaiknya tidak pribadi menyalahkan anak secara langsung. 

Sebagai orang cendekia balig cukup logika ada baiknya Kita mengajak anak berdiskusi sembari mencari pokok masalah. Setelahnya gres mampu diadakan diskusi untuk menerima solusi terbaik.

5. Menjadi sobat bagi anak

Menjadi teman anak tidak bermakna orang cukup umur memantau aktivitas anak selama 24
jam. Orang terpelajar balig cukup akal mampu aktif menjadi sahabat anak memakai saluran akun media sosial.

Jika anak mempunyai akun sosial media seperti Instagram atau Twitter maka orang bau tanah mampu ikut menjadi followers anak. 

Supaya anak tidak merasa dimata-matai maka orang busuk tanah cukup mengawasi jenis unggahan konten anak, memantau interaksi anak terhadap followers-nya dan memantau konten apa saja yang dibarengi anak. 


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini adalah kiriman dari pembaca hipwee, isi postingan sepenuhnya adalah tanggung jawab pengirim.”

Berikan
Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Blogger Lifestyle, kegemaran kuliner dan traveling. Senang menulis dan membaca.

0 komentar:

Posting Komentar